Selasa, 15 November 2016

HIDROLOGI DAS (Statistika Dalam Hidrologi dan Erosi, Sedimentasi)


BAB IX

Statistika Dalam Hidrologi

a. Suatu rangkaian dari variat,  yang  merupakan deret berkala  (time series), menggambarkan sampel dari populasi
b. Distribusi   (distribution)   adalah   data   yang   disusun   menurut   besarnya, misalnya debit banjir dari nilai terbesar dan berakhir pada debit banjir terkecil atau sebaliknya.
c. Distribusi probabilitas (probability distribution) adalah jumlah kejadian dari sebuah variat diskrit dibagi dengan jumlah data. Jumlah total probabilitas dari seluruh variat adalah 1.
d. Probabilitas   komulatif   adalah   jumlah   peluang   dari   variat   acak   yang mempunyai sebuah nilai sama atau kurang dari suatu nilai tertentu.
e. Frekuensi (frequency) adalah jumlah kejadian dari sebuah variat dari variabel diskrit.
f. Interval kelas  (class  interval)  adalah  ukuran   pembagian  kelas dari  suatu variable.
g. Distribusi   frekuensi   (frequency   distribution)   adalah   suatu   distribusi   atau variabel tabel frekuensi yang mengelompokkan data yang belum terkelompok menjadi data kelompok.

Beberapa istilah statistik juga telah dipaparkan oleh Sri Harto (2000) antara lain :
a. Populasi (population) adalah seluruh kemungkinan  pengamatan yang dapat dilakukan atau kumpulan lengkap dari seluruh besaran yang mewakili suatu proses acak (random) tertentu. Populasi tidak harus tidak terbatas (infinite) tetapi dapat juga terbatas (finite).
b. Sampel (sample) adalah sejumlah pengamatan yang terbatas, yang merupakan bagian dari sebuah populasi. Misalnya pengamatan hujan selama 5 tahun adalah sampel dari seluruh populasi.
c. Variable (variables) adalah karakter  suatu sistem  yang  dapat  diukur  dan besarannya berbeda apabila diukur pada saat yang berbeda (fungsi waktu).
d. Parameter (parameters) adalah besaran yang menandai  suatu  system dan tidak berubah dengan waktu, misalnya luas DAS
e. Variat (variate, outcome, observation, realization) adalah besaran dari suatu variabel.

Widandi Soetopo & Lily Montarcih (2009) juga menulis istilah-istilah sebagai berikut :
a. Elemen, merupakan bagian terkecil dari suatu kejadian. Contoh : (1). Debit sebesar 12.6 m3/dt, (2). curah hujan setinggi 78 mm, (3). hujan yang pertama terjadi dalam 4 hari mendatang.
b. Kejaidan (event), merupakan  kumpulan semua elemen dengan spesifikasi tertentu. Contoh : (1). debit > 1.200 m3 /dt (berarti semua debit yang lebih dari 1.200 m3 /dt), (2). curah hujan < 95 mm (berarti semua curah hujan yang kurang dari 95 mm), (3). dalam 4 hari mendatang terjadi hujan terus-menerus, dalam 4 hari mendatang sedikitnya terjadi 1 hari hujan.
c. Variabel,   merupakan   symbol   (notasi)   yang   menyatakan   suatu   kejadian (event). Sebagai contoh : (1). Q menyatakan debit sesaat sungai (m3/dt), (2). Qthn  menyatakan debit rerata tahunan sungai (m3/dt), (3).  R  menyatakan curah hujan harian (mm), (4).  Rmax  menyatakan curah hujan maksimum tahunan (mm), (5). H menyatakan tinggi muka air sesaat di waduk, sungai atau saluran (m). Nilai suatu variable akan bervariasi menurut dimensi ruang (spasial) atau dimensi waktu (temporal).
d. Populasi,   merupakan   kumpulan   dari   semua   elemen   yang   mungkin   ada (banyaknya elemen dapat berhingga/finite atau tak berhingga/infinite).
e. Sampel (sample), merupakan bagian dari populasi yang diambil secara acak (random). Sampel ini dianggap mewakili populasi. Analisa statistic dilakukan terhadap   sampel   (analisa  langsung  terhadap  populasi  tidak  akan  praktis, kecuali untuk ukuran populasi yang cukup kecil).
f. Kala ulang (return period), secara praktis didefinisikan  sebagai  n period rerata dari selang waktu antara 2 kejadian tertentu.



BAB X

Erosi dan sedimentasi

Secara umum erosi dan sedimentasi merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan terangkutnya material tersebut oleh gerakan angin atau air kemudian diikuti dengan pengendapan material yang terangkut di tempat yang lain. Bahaya erosi banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutam yang memiliki kemiringan lereng sekitar 15% atau lebih. Tanah kering tang rentan terhadap erosi terutama adalah tanah Podsolik Merah Kuning yang mempunya areal terluas di Indonesia, kemudian disusul oleh tanah Latosol yang kemiringan lereng agak curam sampai curam, terutama tanah-tanah yang tidak tertutup tanaman. (Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air, 2004) 

Proses Terjadinya Erosi dan Sedimen :

Proses erosi dan sedimentasi secara alami telah terjadi yaitu proses pelapukan batuan atau bahan induk tanah secara geologi dan alamiah. Erosi alami merupakan proses keseimbangan alam yang artinya kecepatan kerusakan tanah masih saa atau lebih kecil dari proses pembentukan tanah. Sedangkan DAS yang masuk dalam wilayah perkotaan mengalami erosi yang cukup besar dan dalam waktu yang cukup cepat. Hal ini dikarenakan, perubahan tata guna lahan yang disebabkan oleh meningkatnya kegiatan manusia di wilayah DAS tersebut. Meningkatnya kegiatan manusia dalam mengelola dan meningkatkan produktivitas tanah telah menyebabkan terjadinya pemecahan agregat-agregat tanah karena pengangkatan dan pemindahan tanah pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya laju erosi tanah yang disebut erosidipercepat. Penyebab utama terjadinya erosi di daerah tropis seperti Indonesia adalah air. Hal ini disebabkan oleh, daerah tropis memiliki kelembaban dan rata-rata curah hujan per tahun yang cukup tinggi. 

Proses erosi tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu :
1.      Pelepasan butiran tanah atau paertikel tanah dari bongkah agregat tanah.
2.      Pemindahan atau pengankutan butiran tanah oleh media pengangkut, yaitu air.
3.  Pengendapan butiran tanah dimana butiran tanah tidak dapat diangkut lagi oleh media pengangkut.

 Sebagai wilayah tropis, proses erosi tanah lebih banyak disebabkan oleh air. Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
1.      Erosi lempeng (sheet erosion), yaitu butiran-butiran diangkut lewat permukaan atas tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan , yang dihasilkan oleh intensitas hujan yang merupakan kelebihan dari infiltrasi.
2.     Pembentukan polongan (gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan limpasan permukaan tersebut diatas. Polongan tersebut cenderung menjadi lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran. Polongan tersebut tumbuh kearah hulu. Ini dinamakan erosi kearah belakang (backward erosion).
3.      Longsoran massa tanah yang terletak diatas batuan keras atau lapisan tanah liat; longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan panjang, yang apisan tanahnya menjadi jenuh oleh air tanah.
4.  Erosi tebing sungai, terutama terjadi pada saat banjir, yaitu tebing tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.

Erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara :
memperhatikan adanya bentukan hasil erosi seperti erosi lembar permukaan ('sheet erosion'), erosi alur ('rill erosion'), dan erosi parit ('gully erosion') seperti diilustrasikan pada Gambar 1.6.


Pendekatan lain untuk memperkirakan terjadinya erosi di suatu tempat adalah dengan memperhatikan perubahan kondisi permukaan tanah. Pada umumnya tanah-tanah yang telah mengalami erosi dicirikan oleh perubahan warna dan konsistensi tanah, serta munculnya akar tumbuhan atau lapisan batuan di permukaan tanah (Gambar 1.7). Berdasarkan jumlah tanah yang hilang akibat erosi, tingkat bahaya erosi pada suatu tempat dapat dikelompokkan seperti disajikan pada Tabel 1.4.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar