BAB IX
Statistika
Dalam Hidrologi
a. Suatu rangkaian dari variat, yang merupakan deret berkala (time series), menggambarkan sampel dari populasi
b. Distribusi (distribution) adalah data yang disusun menurut
besarnya, misalnya debit banjir
dari nilai terbesar dan berakhir pada debit banjir terkecil atau sebaliknya.
c. Distribusi
probabilitas (probability distribution) adalah jumlah kejadian dari sebuah variat diskrit
dibagi dengan jumlah data. Jumlah total probabilitas dari seluruh variat adalah 1.
d. Probabilitas komulatif
adalah
jumlah
peluang
dari variat acak yang mempunyai sebuah nilai
sama atau kurang dari suatu nilai tertentu.
e. Frekuensi (frequency)
adalah jumlah kejadian dari sebuah variat dari variabel diskrit.
f. Interval kelas (class
interval) adalah ukuran
pembagian
kelas dari suatu variable.
g. Distribusi frekuensi
(frequency distribution) adalah suatu distribusi
atau variabel tabel frekuensi
yang mengelompokkan data yang belum terkelompok menjadi data kelompok.
Beberapa istilah
statistik juga telah dipaparkan oleh Sri Harto (2000) antara lain :
a. Populasi (population)
adalah seluruh kemungkinan pengamatan
yang dapat dilakukan atau kumpulan lengkap dari seluruh besaran yang mewakili
suatu proses acak (random) tertentu. Populasi tidak harus tidak terbatas (infinite) tetapi
dapat juga terbatas (finite).
b. Sampel (sample)
adalah sejumlah pengamatan yang terbatas, yang merupakan bagian dari sebuah
populasi. Misalnya pengamatan hujan selama 5 tahun adalah sampel dari seluruh
populasi.
c. Variable (variables)
adalah karakter suatu sistem yang dapat diukur
dan besarannya berbeda apabila diukur
pada saat yang berbeda (fungsi waktu).
d. Parameter (parameters)
adalah besaran yang menandai suatu system dan tidak berubah dengan waktu,
misalnya luas DAS
e. Variat (variate, outcome, observation, realization) adalah besaran dari suatu variabel.
Widandi Soetopo &
Lily Montarcih (2009) juga menulis istilah-istilah sebagai berikut :
a. Elemen, merupakan
bagian terkecil dari suatu kejadian. Contoh : (1). Debit sebesar 12.6 m3/dt,
(2). curah hujan setinggi 78 mm, (3). hujan yang pertama terjadi dalam 4 hari
mendatang.
b. Kejaidan (event),
merupakan kumpulan semua elemen dengan
spesifikasi tertentu. Contoh : (1). debit > 1.200 m3 /dt (berarti semua
debit yang lebih dari 1.200 m3 /dt), (2). curah hujan < 95 mm (berarti semua
curah hujan yang kurang dari 95 mm), (3). dalam 4 hari mendatang terjadi hujan
terus-menerus, dalam 4 hari mendatang sedikitnya terjadi 1 hari hujan.
c. Variabel, merupakan symbol (notasi) yang menyatakan suatu kejadian (event). Sebagai contoh : (1). Q
menyatakan debit sesaat sungai (m3/dt), (2). Qthn menyatakan debit
rerata tahunan sungai (m3/dt), (3). R menyatakan curah hujan harian (mm), (4). Rmax menyatakan
curah hujan maksimum tahunan (mm), (5). H menyatakan tinggi muka air sesaat di waduk, sungai atau
saluran (m). Nilai suatu variable akan bervariasi menurut dimensi ruang (spasial)
atau dimensi waktu (temporal).
d. Populasi, merupakan
kumpulan
dari
semua
elemen
yang
mungkin
ada (banyaknya elemen dapat
berhingga/finite atau tak berhingga/infinite).
e. Sampel (sample),
merupakan bagian dari populasi yang diambil secara acak (random).
Sampel ini dianggap mewakili populasi. Analisa statistic dilakukan terhadap sampel (analisa
langsung terhadap populasi tidak akan praktis, kecuali untuk ukuran populasi yang
cukup kecil).
f. Kala ulang (return period),
secara praktis didefinisikan sebagai n
period rerata dari selang waktu antara 2 kejadian
tertentu.
BAB X
Erosi dan sedimentasi
Secara umum erosi dan sedimentasi
merupakan proses terlepasnya butiran tanah dari induknya di suatu tempat dan
terangkutnya material tersebut oleh gerakan angin atau air kemudian diikuti
dengan pengendapan material yang terangkut di tempat yang lain. Bahaya erosi
banyak terjadi di daerah-daerah lahan kering terutam yang memiliki kemiringan
lereng sekitar 15% atau lebih. Tanah kering tang rentan terhadap erosi terutama
adalah tanah Podsolik Merah Kuning yang mempunya areal terluas di Indonesia,
kemudian disusul oleh tanah Latosol yang kemiringan lereng agak curam sampai
curam, terutama tanah-tanah yang tidak tertutup tanaman. (Suripin, Pelestarian
Sumber Daya Tanah dan Air, 2004)
Proses Terjadinya Erosi dan Sedimen :
Proses erosi dan sedimentasi secara alami telah terjadi yaitu proses
pelapukan batuan atau bahan induk tanah secara geologi dan alamiah. Erosi alami
merupakan proses keseimbangan alam yang artinya kecepatan kerusakan tanah masih
saa atau lebih kecil dari proses pembentukan tanah. Sedangkan DAS yang masuk
dalam wilayah perkotaan mengalami erosi yang cukup besar dan dalam waktu yang
cukup cepat. Hal ini dikarenakan, perubahan tata guna lahan yang disebabkan
oleh meningkatnya kegiatan manusia di wilayah DAS tersebut. Meningkatnya kegiatan
manusia dalam mengelola dan meningkatkan produktivitas tanah telah
menyebabkan terjadinya pemecahan agregat-agregat tanah karena pengangkatan dan
pemindahan tanah pada saat pengolahan tanah. Hal tersebut menyebabkan
meningkatnya laju erosi tanah yang disebut erosidipercepat. Penyebab utama terjadinya erosi di daerah tropis
seperti Indonesia adalah air. Hal ini disebabkan oleh, daerah tropis memiliki
kelembaban dan rata-rata curah hujan per tahun yang cukup tinggi.
Proses erosi
tanah yang disebabkan oleh air meliputi 3 tahap, yaitu :
1. Pelepasan
butiran tanah atau paertikel tanah dari bongkah agregat tanah.
2. Pemindahan
atau pengankutan butiran tanah oleh media pengangkut, yaitu air.
3. Pengendapan butiran tanah dimana
butiran tanah tidak dapat diangkut lagi oleh media pengangkut.
Sebagai wilayah tropis, proses erosi tanah
lebih banyak disebabkan oleh air. Berdasarkan bentuknya erosi dibedakan menjadi
4 tipe, yaitu:
1. Erosi lempeng
(sheet erosion), yaitu butiran-butiran diangkut lewat permukaan atas tanah oleh
selapis tipis limpasan permukaan , yang dihasilkan oleh intensitas hujan yang
merupakan kelebihan dari infiltrasi.
2. Pembentukan polongan
(gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan tersebut. Kecepatan airnya
jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan limpasan permukaan tersebut diatas.
Polongan tersebut cenderung menjadi lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya
longsoran-longsoran. Polongan tersebut tumbuh kearah hulu. Ini dinamakan erosi
kearah belakang (backward erosion).
3. Longsoran
massa tanah yang terletak diatas batuan keras atau lapisan tanah liat;
longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan panjang, yang apisan tanahnya
menjadi jenuh oleh air tanah.
4. Erosi tebing sungai, terutama terjadi
pada saat banjir, yaitu tebing tersebut mengalami penggerusan air yang dapat
menyebabkan longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.
Erosi
dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu dengan cara :
memperhatikan
adanya bentukan hasil erosi seperti erosi lembar permukaan ('sheet
erosion'), erosi alur ('rill erosion'), dan erosi parit ('gully erosion') seperti
diilustrasikan pada Gambar 1.6.
Pendekatan
lain untuk memperkirakan terjadinya erosi di suatu tempat adalah
dengan memperhatikan perubahan kondisi permukaan tanah. Pada umumnya
tanah-tanah yang telah mengalami erosi dicirikan oleh perubahan warna
dan konsistensi tanah, serta munculnya akar tumbuhan atau lapisan batuan
di permukaan tanah (Gambar 1.7). Berdasarkan jumlah tanah yang hilang
akibat erosi, tingkat bahaya erosi pada suatu tempat dapat dikelompokkan
seperti disajikan pada Tabel 1.4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar