BAB
XI
Pengelolaan
Vegetasi dan Hasil Air
Adanya
jenis vegetasi penutup lahan seringkali menyebabkan membesar atau mengecilnya
hasil air (water yield) serta juga mempengaruhi kualitas air dilahan tersebut.
Terjadinya kebakaran hutan (forest logging), perubahan jenis vegetasi, ladang
berpindah atau perubahan tata guna lahan hutan menjadi lahan pertanian atau
sebagainya, dikhawatirkan dapat mempengaruhi penyebaran curah hujan dan
perubahan iklim mikri (setempat).
Vegetasi
yang keragaman hayatinya cukup tingi dalam ekosistem DAS merupakan salah satu
instrument yang mendukung kestabilan ekosistem terutama untuk melindungi
permukaan tanah dari ancaman erosi yang berdampak terhadap proses sedimentasi
dan longsor. Peran ekologi tersebut lebih efektif diperankan oleh jenis
vegetasi hutan, sehingga keberadaan vegetasi hutan di daerah hulu, tengah dan
hilir DAS menjadi prasyarat penentu kelestarian ekosistemnya. Ekosistem hulu
DAS memiliki komposisi dan tingkatan vegetasi yang cukup tinggi sehingga
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menunjang fungsi lindung dan tangkapan
airnya.
Pada umumnya persoalan yang terjadi dalam sumber daya air berkaitan dengan waktu dan penyebaran aliran air sebagai akibat dari perubahan kondisi tata guna lahan dan faktor meteorology yaitu curah hujan. Peranan vegetasi dalam DAS berpengaruh terhadap arah sirkulasi air dalam suatu ekosistem hutan, kerapatan penutupan tanaman baik pada lokasi cagar alam maupun pada daerah perkebunan masyarakat mampu mempertahankan kelembaban udara, selanjutnya menurunkan energi panas sehingga mengurangi hilangnya air melalui proses evaporasi dari permukaan tanah.
Pada umumnya persoalan yang terjadi dalam sumber daya air berkaitan dengan waktu dan penyebaran aliran air sebagai akibat dari perubahan kondisi tata guna lahan dan faktor meteorology yaitu curah hujan. Peranan vegetasi dalam DAS berpengaruh terhadap arah sirkulasi air dalam suatu ekosistem hutan, kerapatan penutupan tanaman baik pada lokasi cagar alam maupun pada daerah perkebunan masyarakat mampu mempertahankan kelembaban udara, selanjutnya menurunkan energi panas sehingga mengurangi hilangnya air melalui proses evaporasi dari permukaan tanah.
Beberapa
pengelolaan DAS memandang bahwa hutan nerupakan pengatur aliran air (stream
flow regulator) yaitu hutan dapat menyimpan air selama musim hujan dan
melepaskannya pada musim kemarau. Hubungan timbal balik antara vegetasi hutan
dan ketersediaan sumberdaya air pada satuan ekosistem DAS sangat berpengaruh
nyata, sehingga kelestarian hutan dan komponen lingkungan disekitar daerah DAS
menjadi indikasi kelestarian lingkungan yang dihasilkan, salah satunya
sumberdaya air.
Kehadiran
vegetasi yang dikembangkan terutama jenis yang evapotranspirasinya rendah
memiliki kontribusi dalam membantu persediaan air tanah, terutama efek spons
(sponge effect) yang menyerap dan menahan air hujan sehingga lebih lambat dan
merata, mengurangi kecenderungan banjir pada musim hujan lebat serta melepaskan
air secara terus menerus pada musim kemarau sehingga mampu menjaga kestabilan
debit air di daerah hilir dan tentunya berdampak terhadap proses produksi dari
berbagai industri di hilir.
Dalam
rangka mendukung fungsi DAS terhadap kelestarian tata air, maka program
pembangunan ekosistem hutan atau komunitas pepohonan yang berpegaruh baik
terhadap tata air dan lingkungan merupakan salah alternatif yang ditempuh.
Berbagai pola pendekatan yang mengarah pada kesinambungan pelestarian tata air
dilakukan melalui macam bentuk pengelolaan dan penyelamatan ekosistem DAS
seperti kegiatan reboisasi, penghijauan, hutan rakyat maupun pengembangan
teknologi tradisional yang di miliki oleh masyarakat seperti terasering, dll.
Pengelolaan vegetasi dalam rangka pengelolaan ekosistem DAS diarahkan untuk tercapainya kondisi ekosistem hulu yang sehat dan lestari melalui terpeliharanya vegetasi sebagai komponen pendukung tata air. Perlu dipahami bahwa kerusakan daerah hulu tidak saja berdampak sektoral seperti pertanian dan kehutanan, tetapi dampak multidimensi bagi keberlangsungan proses-proses pembangunan yang berkaitan dengan sumberdaya air, seperti sektor industri, pariwisata dan kebutuhan domestik.
Pengelolaan vegetasi dalam rangka pengelolaan ekosistem DAS diarahkan untuk tercapainya kondisi ekosistem hulu yang sehat dan lestari melalui terpeliharanya vegetasi sebagai komponen pendukung tata air. Perlu dipahami bahwa kerusakan daerah hulu tidak saja berdampak sektoral seperti pertanian dan kehutanan, tetapi dampak multidimensi bagi keberlangsungan proses-proses pembangunan yang berkaitan dengan sumberdaya air, seperti sektor industri, pariwisata dan kebutuhan domestik.
Sayangnya, apabila pencemaran sungai telah terlihat dengan jelas, maka
akan dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk mengatasinya.
BAB XII
Kualitas Air
Apabila kita
berbicara mengenai fungsi DAS yang berkaitan dengan kualitas air, seringkali
yang menjadi topik hangat adalah masalah erosi dan sedimentasi partikel tanah.
Padahal, secara ekologis kerusakan kualitas air yang utama berkaitan erat
dengan pencemaran karena unsur hara, pestisida, dan bahan-bahan organik yang
mengurangi ketersediaan oksigen di air. Unsur-unsur yang dapat mencemari air
antara lain unsur hara, logam berat seperti merkuri (Hg) yang biasanya
digunakan dalam penambangan emas, arsenik (As) yang bersumber dari tanah dan
terlarut dalam air tanah, kemudian bergerak dari sumber-sumber air tanah),
bahan organik yang dapat terurai pada aliran air serta bahan-bahan biologi
aktif (pestisida, obat obatan). Untuk mengetahui ada tidaknya bahan pencemar di
aliran sungai/danau, diperlukan pengukuran khusus dan penelusuran yang rinci
jenis dan asal sumber pencemaran tersebut. Sebenarnya mencegah pencemaran sebelum
terjadi jauh lebih baik daripada melakukan penanggulangan setelah ada kejadian.
Namun, pengambil kebijakan biasanya membutuhkan bukti nyata sebelum mereka
tergerak hatinya dan terbuka matanya akan adanya resiko pencemaran. Untuk dapat
melihat terjadinya pencemaran secara nyata, dibutuhkan waktu yang lama dan
sangat tergantung pada curah hujan, kondisi hidrologi dan seberapa baik
'filter' alami yang ada di DAS. Sayangnya, apabila pencemaran sungai telah
terlihat dengan jelas, maka akan dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk
mengatasinya.